Minggu, 29 Mei 2016

CINTA BERSAMA ALLAH EPS 4

CINTA BERSAMA ALLAH 
4


            Hari sabtu adalah hari libur kuliahku, mengingat kata-kata Ummi bahwa beliau meridhaiku untuk mencari nafkah sendiri, pagi ini aku berjalan ke kedai-kedai atau kafetaria dekat dekat tempat kostku. Mataku tertuju pada kafetaria yang biasa aku kunjungi, aku masuk dan bertemu dengan bibi pelayan yang suka melayaniku.
“Bi, punten, ka deui aya lowongan teu ?” Tanyaku pada beliau.
“Bibi mah saorangan wae neng, ari si eneng mau bantuin mah silahkeun, gaji na mah teu loba” sahut Beliau.
“Alhamdulillah, enjing tiasa mulai teu, bi ?” tanyaku penuh semangat.
“Atuh iya neng” Sahut wanita paruh baya itu sambih mengembangkan senyumnya.
Aku menghabiskan coffee late yang aku pesan tadi dan segera kembali ke tempat kost untuk bersiap mengembalikan buku perpustakaan
Aku menjalani hari ini begitu bahagia, Mba Fatma dan Halimah pun menjadi sasaran senyum manisku hari ini.
“Hayooo ada yang seneng ini” Celetuk Mba Fatma meledek.
“Iyo mba, ga cerita-cerita lagi nih” Sahut Halimah segera.
“Hehe, ngomngin aku toh ?” Sahutku lugu.
“Ya iya adik manis, mumpung lagi ada di depannya, dari pada udah di belakangnya nanti dosa nih” Sahut Mba Fatma yang sudah tertular senyumku.
“Ah Mba bisa aja, aku dapet kerja paruh waktu Alhamdulillah buat bantu-bantu Ummi” Jelasku dengan senyum yang sedikit mengkerut.
“Ohiya Ra, jadi kan balikin buku ke perpustakaan Hari ini ?” Celetuk Halimah tiba-tiba.
“Jadi dong, makanya aku agak buru-buru biar gak kesiangan” Sahutku.

            Aku mengembalikan buku perpustakaan hari ini. Jika aku  mulai pekerjaan paruh waktuku, pasti tak sempat lagi aku membaca ria di tempat ini. Semoga waktu mempertemukan kembali dengan perpustakaan ini. Seperti biasa aku selalu meminjam kembali buku untuk bacaan ringanku karena aku tidak bisa mengunjungi tempat ini lagi bukan berarti aku berhenti membaca.
“Ra, berarti kalo kamu kerja paruh waktu ga bisa mampir lagi dong ke sini” Celetuk Halimah.
“Iya Mah jadi kangen aku nanti baca buku di sini.” Gumamku.
Aku menghabiskan 2 jam untuk membaca dan memilah-milah buku, aku meminjam 5 buku untuk 5 hari ku baca, Halimah sampai tercengang karena aku meminjam buku sebanyak ini, aku hanya tertawa kecil melihatnya.

            Setelah aku registrasi peminjaman buku aku segera menuju masjid, karena Azan Dzuhur telah berkumandang. Aku mengambil wudhu kemudian menyegerakan sholat bersama Halimah. Setelah aku sholat terlihat dua orang wanita tengah berbincang dengan suara yang agak kuat dan tegas.
“Ngapain lu sholat, kerudung aja jarang dipake, buat apa ? percuma” Bentak seorang gadis yang memakai jilbab ungu.
“Ya kan gua orang islam, emang salah kalo gua mau kerudungin hati dulu baru kepala gua ?” Sahut gadis dengan rambut ikal yang menjuntai sebahu.
“Kerudungin hati apaan, mana bisa ?” Sahut gadis berkerudung ungu.
“Ya daripada, Si Dinda pake kerudung tapi masih aja tuh malemnya ke klub malam” Bentak gadis berambut sepundak.
Mereka terus saja meributkan hijab bahkan menggibahkan temannya dan mengkambing hitamkan hijab pula. Aku dan Halimah sangat risih mendengarnya saat kami tengah berdoa, membuat doa kami tidak khusyuk.

            Sekian menit mereka bertengkar dan sekarang wanita yang tidak memakai kerudung menarik kerudung temannya, Aku langsung menghampiri dan menegur dengan teguran lembut.
“Assalamualaikum, ukhti ada apa ini ribut-ribut ?” Tanyaku.
“Nih, orang ini, orang sholat malah di larang, bukannya pake kerudung atau belum boleh-boleh aja kan sholat?” Sahut wanita tanpa kerudung itu.
“Afwan, bukannya saya menggurui anti  sekalian, boleh kok, sholat walaupun belum memakai hijab, asalkan saat sholat anti memakai mukena” Sahutku.
“Tapi masa dia mau jilbabin hati dulu baru jilbabin kepala, emang bisa?”  Tanya wanita itu sambil membenarkan kerudung ungunya.
“Setau saya tidak ada tuh menghijabkan hati, memangnya anti mau operasi dulu terus hatinya di kasih hijab ? hehe, Seaandainya anti memakai hijab tentu anti memiliki batas prilaku kan, Jadi ngga perlu toh hijabin hati dulu, seandainya anti berhijab, perubahan itu akan datang dengan sendirinya” Jelasku.     
Wanita tanpa hijab itu terdiam sejenak. Dan wanita dengan kerudung ungu itu tersenyum puas.

            “Tapi kan ada juga yang berhijab eh tapi kelakuannya masih aja brandal, percuma kan pake hijab, terus juga hijabnya di copot pakai begitu” Tanya Wanita tanpa hijab itu.
“Bismillah, kalau prilakunya masih berandal ya jangan salahkan hijabnya, salahkan prilakunya, kalau hijabnya di copot pakai begitu ya doakan saja yang baik-baik bukan malah di gibahkan, bahkan itu lebih baik daripada yang tidak pakai sama sekali” Sahutku.
“Berarti yang pakai hijab copot pakai itu baik juga ?” Tanya Wanita dengan jilbab ungu itu.
“Bukan begitu maksud Ana, seandainya uang bulanan anti hanya di beri setengah oleh orang tua anti, sikap anti akan bagaimana ?” Tanyaku.
“Jelas gue marah lah, ya gila aja, apa-apa mahal kali, ga niat apa nguliahin anak?” Sahut gadis itu.
“Nah, seperti itu, Allah pun ga suka sama yang setengah-setengah, apa anti ga niat berhijab ? Anti mendapat pahala dengan mengenakan hijab dan berdosa karena melepas hijab” Jelasku.
Wanita itu terdiam, mendengar kata-kataku.
“Tapi saya belum siap untuk berhijab” Sahut wanita yang tak berhijab.
“Kapan anti siap? Apakah kematian datang setelah anti siap ?” Sahutku.
Kedua wanita itu diam terpaku menatap alas masjid ini. Aku pun terdiam sejenak lalu mengucapkan salam kemudian pergi bersama Halimah.

            Aku akhirnya kembali ke kamarku, ku dapatkan Ummi Aminah duduk di kasurku sembari membaca majalah untuk ibu-ibu.
“Assalamualaikum Ummi Aminah, tumben berkunjung” Sapaku.
“Waalaikumsalam Aira, bagaimana kuliahmu ? lancar ?” Tanya beliau yang aku yakini sebagai basa-basi.
“Alhamdulillah Ummi, ada apa ya ?” Tanyaku.
“Anu nak, Maaf sekali sebelumnya, Ummi mau menagih uang sewa mu” Jelas beliau.
Aku terdiam terpaku pada lantai kamarku, Terngiang ucapan Ummi yang mengatakan bahwa Abi telah di PHK dan uang kuliah hanya tersisa untuk satu semester kedepan, aku tersadar bahwa kafetaria tidak akan mencukupi keuanganku. Aku mendongak dan menghadapkan wajahku pada Ummi Aminah.
“Akan Aira tanya sama Ummi, Insya Allah segera Aira bayar” Sahutku.
“Baik, terima kasih Aira, maafkan Ummi ya” Celetuk Ummi Aminah yang merasa bersalah terhadapku.

Dengan berat hati aku menelfon Ummi ku, terdengar suara beliau yang begitu lembut dan tegar. Aku semakin tak tega untuk bilang padanya, untuk bulan ini biar Ummi yang biayai, bulan depan harus aku yang bayar. Aku menjelaskan apa yang Ummi Aminah tadi katakan, kemudian Beliau dengan segera mengirimkan uang sewanya. Tak lama telfon ku berdering, tertulis disana Hasan Abdullah. Apa aku tak usah angkat ?

Alhamdulillah, bisa upload lagii, maaf yaaa pembaca aku baru sellesai ukk hiks.. hiks.. Insya Allah segera ending >.< Wassalamualaikum ^-^

Minggu, 20 Maret 2016

CINTA BERSAMA ALLAH EPS 3

CINTA BERSAMA ALLAH
3

            Sepertinya jalan-jalan sore menyenangkan, maklum, cukup jarang aku melihat matahari sore, aku memang senang menyibukan diri di kampus, aku tertarik dengan buku-buku di perpustakaan, Hari ini aku ingin menikmati suasana sore, Aku berjalan menggunakan celana training ku dan  kaos merahku yang lumayan longgar. Bandung tampak indah saat sore. Setelah lelah aku berjalan aku duduk di bawah pohon rindang, menikmati lembayung senja dan semilir angin yang membelai-belai lembut tubuhku.
“Assalamualaikum..” Sapa seorang laki-laki, lagi-lagi aku mengenal suara beliau.
“Waalaikumsalam, hehe bang Hasan lagi” Sahutku.
“Jalan-jalan dik ?” Tanyanya.
“Iya bang, ketemu lagi kita ya hehe” Jawabku.
“hmm, jodoh kali dik” ledek beliau.
“Hehe,Abang bisa aja, jodoh kan udah di atur Allah bang” Celetukku.
“Manusia berharap gak apa-apa kali dik” Sahut beliau.
“Hehe, deketin aja Yang Mengatur Jodoh bang, Insya Allah calon Abang shalihah nanti” Jelasku.
“Aamiinn, mau beli minum ga dik ?” Tanya beliau.
“Boleh” Sahutku.
Pembicaraan kami tidak se seru pada saat awal kami bertemu, jantung ini selalu berdegup, detak jantung ini semakin menjadi-jadi saat mata kami bertemu. Apa aku menyukainya ? Tapi Halimah lebih menyukainya, aku tidak boleh berperasaan seperti itu. Cinta memanglah sebuah fitrah, namun bukan sebagai ajang pelampiasan nafsu, Adanya sebuah rasa dariku untuk beliau, hanyalah sebuah rasa kagum Insya Allah. Tak ada niatan dalam hati ku untuk merebut kebahagiaan Halimah.

Dalam perjalanam membeli minum, lagi lagi kami terbenam dalam diam, kalau kata anak zaman sekarang ini adalah Awkward Moment , tiba-tiba beliau melemparkan senyum manisnya itu.
“Dik, beli di warungan ga apa kan ?” Tanya nya mengejutkan.
“Em. Eh.. iya bang ga apa kok, memang mau beli dimana kalau bukan di waungan ?” Tanyaku sambil nyengir.
Aku kemudian mengambil 1 botol air mineral, kemudian merogoh saku ku, terkejutnya aku mendengar bisikan lembut di telingaku.
“Abang aja yang bayar dik” Bisiknya.
Detak jantungku semakin menjadi-jadi, Aku mengeluarkan tanganku dari saku celanaku, lidahku masih terdiam, ucapan terima kasih yang ada di ujung kerongkongan ku masih tercekat dan terdiam disana.
“Yuk, dik, lihat sunset, lihat disana bagus loh, habis itu abang antar pulang ya” Celetuk bang Hasan.
“Makasih Air mineralnya bang, ga apa, Aira pulang sendiri aja hehe” Sahutku sambil melempar senyumku.

            Kami tiba di tempat sunset, Subhanallah, Allahuakbar, Maha besar Allah Yang Telah menciptakan alam semesta yang sangat indah. Aku mendokumentasikan dalam memoriku, Lembayung senja, di hiasi burung-burug gereja yang terbang karena mengagumi karya Sang Khaliq. Tiada pelukis sebaik Allah azza wa jala.
“Sejuk bukan dimata ?” Tanya Bang Hasan.
“Subhanallah, Allah Maha Besar ya bang?” Sahutku.
“Iya, Allah Maha Besar, mempertemukan kita juga di Bandung” Celetuk Bang Hasan.
“Kalau sudah takdir bertemu ya bertemu Bang hehe” Sahutku malu-malu.
“Masya Allah, Abang malah ngelantur, kita pulang aja yuk, sudah sore, abang antar ya ?” Ajaknya.
“Ga apa bang, Aira sendiri aja, Cuma 500 meter kok dari sini, Aira duluan ya, Assalamualaikum” Pamitku.
Aku berjalan diikuti siluet dari cahaya senja sore ini, ingin rasanya aku menoleh kebelakang, tapi sudahlah.

            Dag dig dug masih terasa di dada ku, bergejolak bagai dentuman dentuman atom. Aku masih berdiri di depan pintu kamarku.Tiba-tiba seseorang mengejutkanku.
“Hayooo, ngapain kamu Ra senyam senyum sendiri?” Kejut Mba Fatma.
“Oalah Mba, bikin kaget aja hehe” Sahutku malu.
“Kenapa sih Ra, cerita dong sama Mba, ada yang gebet gebet ya ?” Ledek Mba Fatma.
“Ngga kok Mba, lagian Aira belum mau pacaran kok hehe” Sahutku malu-malu, tampaknya wajah ini sudah semerah kepiting rebus.
“Alhamdulillah kalo Aira faham, Mba masuk dulu ya adik manis” Celetuk Mba Fatma.
Aku masuk ke kamarku, aku merebahkan badanku, semua kejadian tadi masih terngiang di kepala ku. Ya Allah lindungi aku dari zinah hati dan fikiran.

            Hp ku berdering, tampaknya dari Ummi, aku kemudian mengangkat, terdengar salam yang sangat lesu dari Ummi ditambah dengan isakan-isakan pendek.
“Waalaikumsalam mi” Sahutku kebingungan.
“Nak, maafkan Ummi ya ?” Tanya Beliau semakin membuatku bingung sekaligus panik.
“Ada apa sih mi ?” Desak ku, suaraku kini terdengar lirih.
“Abi di phk nak, biaya kuliahmu hanya untuk 1 semester kedepan, Ummi bingung apa kuliahmu akan terus lanjut apa harus berhenti” Jelas Ummi.
“Mi, La Tahzan, Innallaha ma’ana , ummi yang tabah ya, Insya Allah ada jalan untuk melanjutkan kuliah Aira” Sahutku, Alhamdulillah Allah masih melapangkan hatiku, aku mendengar curahan hati Ummi, begitu dalam dan menyentuh.
“Nak, kamu hati-hati ya disana, Kalau kamu bekerja Ummi ridha nak, tapi yang halal ya Shalihah, doakan Abi semoga dapat pengganti pekerjaannya, Maafkan Ummi ya nak” Jelas Ummi sambil terisak.
“Ummi, gak apa apa kok, Aira doain Ummi dan Abi terus dong Insya Allah, liburan semester depan Aira kesana ya Mi, nanti kalo Aira dapat kerjaan Aira Insya Allah cerita sama Ummi” Sahutku sambil menenangkan Ummi.
“Iya nak, Ummi tutup ya Shalihah, Assalaualaikum” Jawab Ummi mengakhiri  teleponnya.
Hari itu senyum ku berubah menjadi jalinan duka. Ini adalah ujian dari-Nya bagian dari kasih sayang dari_Nya Insya Allah pekerjaan Abi akan di ganti dengan yang lebih baik.

            Adzan maghrib kembali memanggilku, aku membasuhkan wudhu ku dan melaksanakan shalat maghribku. Aku shalat maghrib, membaca Al-Qur’an lalu melanjutkan shalat isya. Berdoa dan berdzikir, bibir ini begitu hangat saat menyucapkan kalimat-kalimat Allah. Aku melepas mukena ku, membereskan buku perpus yang harus aku kembalikan besok dan merebahkan tubuhku di kasur. Tiba-tiba Hp ku berdering karena ada sebuah pesan singkat masuk.
Assalamualaikum” Isi pesan dari nomor yang sama dan pesan yang sama seperti pesan yang aku dapati tadi sore.
Waalaiikumsalam” Jawabku pada pesan itu.
Afwan, anti Aira bukan ?” Balas pesan itu, jantungku berdegup, ini bukan seseorang yang salah nomor.
Na’am, Afwan, antum/anti siapa ?” Balasku singkat, rasa penasaran menghantuiku, Ya Allah semoga engkau melindungiku dari orang-orang yang ingin mengancamkan bahaya padaku.
Afwan ukhti, ana Hasan, hehe, tadi sore Ana kira bukan nomor Aira, jadi Ana tunda dulu deh” Balas pesan itu.
Aku terkejut bukan main,entah bagaimana aku membalasnya, aku letakan saja hp ku dan beranjak tidur.

alhamdulillah, episode 3 upload juga, maaf ya sekali lagi kalo ada kesalahan-kesalahan kata, semoga pembaca masih memiliki minat untuk membaca cerbung saya ^-^

Minggu, 13 Maret 2016

CINTA BERSAMA ALLAH EPS 2

CINTA BERSAMA ALLAH
2

            Aku kemudian turun dari mini bus dan beranjak pergi. Langkah kaki ku sengaja aku percepat, aku sangat malu memandang Bang Hasan selekat itu. Setelah lebih jauh aku berjalan darinya, aku mulai memperlambat langkah ku, dan berjalan seperti semestinya. Aku melewati koridor kampus dan memasuki kelas ku. Hari ini adalah mata kuliah Mr. Thomas, aku memperhatikan dosen ku hingga aku melupakan kejadian tadi pagi.

            Selepas mengikuti mata kuliah hari ini lapar menggelitik perutku, sudah saatnya perut kecil ini memperoleh makanan yang bergizi. Aku memang terbiasa sendiri, bukan karena tidak ada yang mau berteman denganku, memang biasanya aku dan teman kost ku jarang bertemu di kampus entah jam mata kuliah kami tidak pernah klop, atau mungkin mereka memiliki tugas masing-masing. Beginilah jadinya, aku hanya pergi ke warung makan sendiri, dan menghabiskan butir-butir nasi itu sendiri.
“Bi, nasina, sabungkus nya?"
“oh iya neng,"
Aku menanti makan siangku sambil membaca buku “Udah, Putusin Aja!” yang di tulis oleh Ust. Felix Siauw, Buku islami yang bacaannya dibungkus dengan celoteh humor dari sang penulis. Tiba-tiba ada orang yang duduk di depan ku.
“Assalamualaikum.” Sapa suara yang tak asing lagi ku dengar.
“Waalaikumsalam.” Jawabku
Aku menoleh dan ternyata lagi-lagi Bang Hasan, Jantungku kembali berdegup, apa mungkin dia menguntit ku, Astagfirullah, mengapa jadi su’udzon.
“Makan siang, dik?” Tanyanya.
“Iya bang, Abang juga ?” Tanya ku sambil melempar senyum tipisku.
“Iya sama, gimana mata kuliah hari ini ? Ada keluhan lagi ga ?” Tanyanya santun.
“Alhamdulillah bang, hari ini Aira semangat banget, nanti juga mau ke perpus dulu mau cari buku referensi, abang sendiri gimana ?” celetukku.
“Wah, ana selalu semangat dong mencari ridha Allah.” Sahutnya penuh senyum.
Kami melanjutkan obrolan, aku menunduk sepanjang kami mengobrol.

            Adzan Zuhur berkumandang, aku menyegerakan Shalat ku di masjid terdekat. Aku membasuhkan wudhuku dan mengadap pada Sang Pemilik Nyawaku. Lega rasanya mencurahkan seluruh isi hati pada-Nya. Aku melangkah dengan ringan menuju perpustakaan. Tiba-tiba telfon dari saku ku berdering, aku menepi di dekat pohon rindang dan mengangkat telfonnya.
“Assalamualaikum Aira” Sapa suara lembut yang terdengar hangat di telinga ku.
“Waalaikumsalam, Ummiii” sahutku kegirangan.
“Apa kabar nak? Gimana kuliah mu? Lancar nak ?”
“Alhamdulillah mi, lancar, Ummi sehat ? Abi sehat juga mi ?” Celotehku.
Aku menumpahkan rindu ku pada Ummi, aku bercerita, bersenda gurau, ingin rasanya memeluk Ummi. Semoga Ummi dan Abi selalu dalam lindungan Allah.
“Yasudah, Ummi tutup ya telfonnya, hati-hati ya nak, puasa senin kamis mu jaga, sholat dhuha mu jangan ditinggal, tahajudmu jangan sampai lupa, sholat 5 waktu jangan bolong,ya? ngaji terus ya nak, Abi titip salam, Assalamualaikum.” Nasihat ummi ku mengakhiri percakapan kami.
“Waalaikumsalam.” Gumamku.

            Hari ini tugasku tidak begitu padat dan bisa aku selesaikan di tempat kost ku. Aku menanti di halte bus. Lagi-lagi aku dikejutkan oleh seseorang namun kali ini ia adalah wanita.
“Assalamualaikum Ukhti.” Kejutnya.
“Waalaikumssalam, Masya Allah Halimah, aku kaget tau.” Jawabku sebal.
“Hihi, maaf ra, sendirian aja nih, tumben pulang agak siang” celotehnya.
“Iyaa nih lagi, Alhamdulillah lagi ga di pojokin sama tugas” Sahutku.
Kemudian bus pun datang dan kami langsung naik. Diperjalanan aku mengobrol dengan Halimah, Dialah teman kost ku yang jarang aku jumpa, maklum saja Halimah mengambil jurusan Management sedangkan aku mengambil pendidikan Matematika.
“Aira, kamu kenal Kak Hasan Abdullah ga ? Kakak tingkat yang jurusannya sama kayak kamu” Kejut Halimah.
“Oalah iya aku kenal, ciee kamu suka bang Hasan toh” Ledek ku.
“Halah, bisa aja Ra, hehe” Sahutnya malu.
“Haduh haduh, merah gitu wajah kamu Mah, mau aku salamin gak nih ?” Ledek ku dan semakin membuat Halimah memerah wajahnya.
“Eh, jangan Ra, malu tau, hehe” Sahutnya.
Aku dan Halimah hanya bercanda sampai akhirnya kami tiba di halte dekat kampus.

            Aku membuka kamar kost ku, keadaannya masih sama saat aku meninggalkannya tadi pagi. Aku membenahi diri dan mengambil note ku dan mulai merangkum untuk bahan presentasi besok. Aku merangkum sembari mendengar murotal Al-Quran dari HP ku. Aku terjun kedalam Syahdunya Kalimat Allah, tak terasa menit menit mengikis waktu ku, Adzan Ashar kini memanggilku, Aku bangkit dan beranjak mengambil wudhu ku.
“Assalamualaikum, Aira” teriak seseorang dari balik pintu.
“Waalaikumsalam, ada apa Mah, tumben kesini?” Tanyaku.
“Hehe, maaf, nggak, aku mau Tanya aja sama kamu, dari tadi kan aku mikir omongan kamu itu loh yang di bus.” gumam Halimah samar samar.
“Yang mana ya Mah, Aku lupa tuh hehe” Sahutku.
“Di dalem aja ra ngobrolnya, ga enak aku jelasinnya hehe” Sahut Halimah yang semakin membuat aku bingung.
Kami masuk ke kamar, Halimah langsung saja menyambar kasur ku dan mencari posisi wenak dan aku mengikuti.
“Nah, ada apa mah ?” Celetuk ku memulai pembicaraan.
“Anu, itu loh ra, yang tadi di bus, Kak Hasan itu loh” Sahut Halimah malu-malu.
“Ya Allah, Halimah, kirain kenapa” Sahutku.

“Anu, ituloh, kan katanya kamu kenal kan sama kak Hasan, nah aku mau, anu, mau minta nomor telefonnya” Jelas Halimah ragu-ragu.
“Oalaahh, hehe, maaf ya, aku ga punya tuh nomer beliau, kami baru kenal dan hanya sekedar salng menyapa saja’ Jelasku.
“oh, begitu, Yaasudah, maaf ya mengganggu waktu kamu” Sahut Halimah kecewa.
“Kita Shalat bareng aja yuk, udah ashar, daripada mikirin jodoh mulu, mending deketin Yang Ngatur Jodoh hehe” Gurau ku.
“Iyaa juga ya, Ayoo deh” Sahut Halimah.

            Alhamdulillah rangkuman bahan presentasi ku selesai juga akhirnya, jari-jari ini lelah rasanya, aku membenahi laptop dan merebahkan tubuh mungil ku ini ke atas kasur. Hanya butuh 30 menit lelahku segera minggat dari tubuhku. Jemari ku mulai menari-nari di atas HP, aku mendapati pesan singkat sore ini.
Assalamualaikum J
Nomor telfon ini tak bernama di kontakku, dari mana orang ini mendapat nomorku, seingatku aku tidak menyebarnya di social media manapun.
“Waalaikumsalam, Afwan, Anta / Anti siapa ya ?” balas ku.

Orang ini tidak membalasnya, mungkin orang iseng atau salah nomor. Aku segera ke kamar mandi dan menghilangkan bau keringat ku yang menggelungi badanku.

Alhamdulillah Part yang kedua di upload juga, aku abis uts jadi baru bisa sekali lagi maaf ya pembaca kalau ada kesalahan-kesalahan hehe, part 3 nya coming soon aja daahhhh hehe.. 

Kamis, 03 Maret 2016

CINTA BERSAMA ALLAH EPS.1

CINTA BERSAMA ALLAH
1

Semester satu baru ku lalui, rasanya aku ingin lulus besok saja. Bandung di malam hari terasa lebih sejuk, sejenak aku mampir ke kafetaria yang tak jauh dari tempat kost ku. Aku memesan secangkir cappucinno hangat untuk mengobati 
“Balik peuting deui, neng ?” Tanya wanita paruh baya yang bekerja sebagai pelayan.
“Eh, iya bi.” Jawabku lirih.
“Sok atuh diminum heula.” Sahut Pelayan itu setelah menyajikan cappucinno ku.
Aku hanya mengaduknya sesekali meminumnya. Aku melamun, netra ku menggerling kearah jendela dan memandangi kehidupan malam. Rasa bosan turut merasuki diriku, penatku tak kunjung hilang, sampai akhirnya lamunanku di kejutkan oleh seorang laki-laki.
“Assalamualaikum, Afwan ukhti, Jilbab anti terkena air pipa yang bocor diatas.” Tegur laki-laki itu.
“Waalaikumsalam, ehiya, syukron telah mengingatkan.” Jawabku sambil menggeser dudukku.
“Afwan, jika nggak keberatan, anti bisa pindah ke sini. Kata laki-laki itu santun.
“Wah, Syukron” Jawabku sambil melempar senyum.
Kami berbincang di dalam keremangan kafetaria, ternyata beliau adalah kakak tingkatku, beliau berkuliah di Universitas pendidikan Indonesia dengan jurusan yang sama pula yaitu Pendidikan Matematika.

“Oalah, ternyata jurusan nya sama ya, Afwan, tapi akhi udah semester berapa nih ?” Tanyaku.
“hehe, ana semester 3, anti manggil abang aja gapapa.” Celetuk kakak tingkat itu.
“kita udah bicara panjang nih, tapi belum tau nama abang.” Jawabku malu-malu.
“Nama ana Hasan, adik sendiri namanya siapa?” Jawabnya santun.
“Nama ana Aira, bang.” Jawabku malu.
Jam terus berputar beriringan dengan obrolan kami, Bang Hasan orang yang cukup cerdas, semua celotehnya membuatku termotivasi rasanya, namun lagi-lagi waktu yang membatasi, hari begitu larut, gelasku pun sudah berkerak, pertannda aku harus pulang. Aku pamit dan beranjak pulang.

            Jalan menuju tempat kost ku kurang lebih 500 meter dari kafetaria, kost-kostan milik Ummi Aminah memang kost khusus wanita, jadi aku merasa aman apabila berada di sekitar tempat kost ku. Di depan gang aku bertemu dengan Mba Fatma, sepertinya dia baru pulang juga.
“Assalamualaikum Mba Fat, lesu aja nih abis ngerjain apa? Kenapa mba pulangnya sampai larut begini ?” Celotehku.
“Waalaikumsalam adik manis, Masya Allah, baru pulang gini mba langsung di hujani pertanyaan macam-macam, lah kamu sendiri kenapa baru pulang ?” Sahut Mba Fatma dengan nada yang begitu sabar.
“Hehe, maaf mba, ini loh, aku disuruh bikin seratus permasalahan matematika dan pemecahannya, karena penat, aku mampir aja ke kafetaria, kalo mba ?” Celetuk ku.
“Mba habis ngerjain laporan observasi jadi pulang nya agak larut deh” Sahut mba fatma dengan wajah lelahnya.
Kami melanjutkan perjalanan, karena lelah, hening menelimuti perjalanan kami, hingga kami tiba di tempat kost dan kami berpisah untuk menuju kamar masing-masing.

            Aku mengganti baju serta membersihkan badanku. Selepas membenahi kamar mungilku ini aku segera merebahkan tubuhku. Nyamannya kasurku, membuat mataku semakin memberat dan kemudian terjatuh dalam lelapnya malam.

            Seperti alarm, diri ini terbangun dalam semangat dalam semangat mencari Ridha Allah, ku basuh diri dengan air wudhu, ku dirikan Shalat malam ku dan ku curahkan munajat-munajat rindu ku pada Allah Swt. Keremangan kamarku menemani, lantunan kitab Sang Pemilik Diriku menentramkan suasana kamar,walau bacaan tak seindah Qori’, Insya Allah, Allah selalu menghargai usaha hambanya. Kulantunkan ayat-ayat-Nya hingga Adzan memanggilku untuk mendirikan Sholat. Selanjutnya aku mandi dan bersiap untuk menuntut ilmu kembali. Tidak sempat membuat sarapan membuatku menyiapkan rotitawar dan selai setiap hari.

            Aku menggunakan mini bus sebagai akses menuju kampus, aku harus berangkat lebih pagi agar tidak perlu berdesak-desakan.
“Ayo neng, langsung neng, teu aya keneh” teriak kernet bus.
Aku kemudian masuk dan duduk di tempat yang lumayan membuatku nyaman. Seseorang duduk di sebelahku, aku menggeser duduk ku karena beliau adalah seorang laki-laki.
“Dik Aira bukan ?” Tanya laki-laki yang suaranya tak asing.
“Iya, oalaah Bang Hasan, Afwan Bang, Aira ga liat hehe” Sahutku sambil cengengesan.
“Iya gapaapa, ketemu lagi kita ternyata ya, ada mata kuliah juga, dik ?” Tanyanya.
Matanya tak lepas menoleh wajahku, membuat jantung ku berdebar dengan perasaan bingung, tatapan nya begitu sejuk di hati senyumannya sungguh manis. Ada apa dengan ku, ini zina mata Astagfirullah.
“Astagfirullah, Afwan bang”  Kejut ku.
“Astagfirullah” Gumam nya.

Selama perjalanan kami hanya diam, untunglah jarak yang kami tempuh tidak terlalu jauh, jadi kecanggungan itu tak terasa lama. 

Hehe,. Maaf ya pembaca apabila ada typo-typo sengaja atau ga di sengaja dan maaf kalo bahasa sundanya kurang benar, maaf juga kalo penyusunan katanya kurang rapi Harap dimaklumi aja, kalo ada ralat lampirkan di komentar aja ya, Terima kasih.

Senin, 29 Februari 2016

Barisan Puisi Penyejuk Hati

Assalamualaikum..

jumpa lagiii sama aku..

Aku akan share beberapa puisi yang lama mengendap di hp ku hehe..



Dunia Pembunuh
Atikah Dhani Ayuningtyas

Tatap kosong mata memandang
Menengok asa bagaikan karang
Terlihat mimpi di ufuk sebrang
Diri terdiam kebodohan menyerang

Tak nampak tangaan menggapai
Tak sanggup kata terangkai
Tak kuasa raga terkulai
Gapaian hampa beraawal lalai

Diri tenggelam pupus harapan
Hidup terkapar tak ada tujuan
Akibat hidup tak berpedoman
Namun takdirlah surataan Tuhan

Miskin hati miskin pula hidup
Dikala usia kini mulai redup
Tak ada lagi harta untuk di raup
Tongkat kayu dan batu menopang hidup

Hukuman dahutlu tiada jera
Tinggalah kini dalam gubug sengsara
Tiada teman tiada saudara
Hanya menanti maut untuk membawa

Kejam hidup mulai membunuh
Tiada ampun bagi manusia angkuh
Celah hidup bagi yang tangguh
Berpeganglah pada yang kukuh



Cinta-Nya
Atikah Dhani Ayuingtyas

Dingin Menusuk
Hati merajuk
Jiwa terkutuk
Rasa memburuk

Dalam malam teramat malang
Atas nama sang pencipta bintang
Dalam permadani terbentang
doa kalbu kini siap menantang
Meski terjebak bimbang 

Walau khilaf tiada ampun
Keimanan kian menurun 
Kumpulan dosa pun telah menimbun
petunjuk-Mu kerap menuntun
untuk meniti jalan yang runtun

Cinta-Nya menepis galau
Sukma tak lagi kacau
Jauh pula dari merana
Dunia itu fana


Aktifis Jalanan
Atikah Dhani Ayuingtyas

Sampah ?
Benarkah kami adalah sampah?
Kami pula hidup hanya menumpang tanah
Hak kami pun tak henti di jarah
Masih pula engkau marah ?

Kami dapatkan masa depan tak pantas
Menyambung hidup dengan sebatang talas
Masih pula kau tindas ?
Kau tak tau hidup keras
Hayat mu hanya bergelimang emas

Suara kecil kamu tak terdengar 
Amarah tergulung tak berkobar
Namun tetaplah tahta berkibar
Dunia masih berputar
Mengapa nasib kami masih terkapar ?

Kami bodoh! Namun nurani masih dimiliki
begitu pula kami bukan pemilik akhlak keji
Kami Bodoh! Namun ilmu terus kami cari
Jiwa kami tak sebodoh pengumbar janji
Hidup dalam didikan menghormati

Anak bangsa katanya 
Namun tak jumpa tangan Negara
Hanya di modal hidup sengsara
Negara kaya katanya
Mengapa kami masih merana ?

Kami tak butuh belas kaasihan 
Kami tak sekedar mengangkat tangan 
Kami adalah aktivis jalanan 
Jangan pandang kami rendahan
Keadilan hak milik Tuhan


Hujatan Hati
Atikah Dhani Ayuingtyas

Genangan Rindu
Merasuki Kalbu
Durjana Sendu
Menatap Lesu
Terpenjara malu

Sukma Menangis
Hati Teriris
Senyum Menipis
Tawa Terkikis
Galaupun Laris

Melihat Rembulan 
Teringat kenangan
Membawa Renungan 
Lintasi Khayalan
Hilang Kedamaian

Sandaran Sepi
Matikan Api
Hilang Menepi
Tiada Rapi
Hujatan Hati 


Berhenti
Atikah Dhani Ayuingtyas

Sang waktu telah mengakhiri
Ketakutan berakhir nyata
Cinta enggan nampak dalam ufuk mata
Mencari dalam sudut dunia
Tak Nampak, Aku tak merasakaannya

Aku pupus dalam hancur
Langit bersaksi
Demi Tuhan, mentari dan rembulan tak menyatu
Jalan ssemestinya terpapar
Kata-kata adalah angan-angan
Disini dan disana, Cinta tak sanggup lagi

Bukan cinta kini rindu
Bayangan tak urung beranjak
Bahkan sinar fajar tak lagi hangat
Dunia dingin, membeku, membisu
Aku... Berhenti...




Nah Pembaca, itulah beberapa karya ku yang sempet ngumpet hihi, semoga menginspirasi..
Wassalamualaikum ^-^











Kamis, 21 Januari 2016

Drama Absurd Liburan Sekolah

Assalamualaikum

Hai guys, Hari ini aku mau posting naskah drama absurd yang aku bikin buat bantu adek ku nih hehe, silahkan dibaca maaf atas absurdnya.

·         Tema : Percintaan
·         Judul : Cinta di tingkat pertama
·         Pemain :
-          Miranti     
-          Dimas      
-          Felly         
-          Aliyah      
-          Zahra        
-          Iren           
-          Ara            
-          Adji           
-          Pak Ucup 


Babak 1: Kantin

Angin musim hujan hampir berlalu ,kini Miranti Atmaja, gadis yang kerap disapa Ranti ini memasuki semester kedua di sekolah menengah pertamanya. Ranti melalui semester pertamanya dengan sangat baik.Seperti teman-temannya yang lain, Ranti juga memiliki sahabat yaitu Aliyah dan Zahra, kini mereka bertiga tengah menanti makan siangnya  di kantin ,seperti kebanyakan orang mereka bercanda dan berbincang sembiri  menunggu.

Aliyah : “huh, matematika hari ini bikin pusing aja”
Zahra  : “iyaa, apalagi pak Ucup galak banget”
Ranti   : “Iyaa, pak ucup kalo udah marah tuh kumisnya sampe nari-nari gitu hahaha”
Aliyah : “Iyaa nanti ngomongnya gini ‘eh kau, pr kau tak beres pula ? ngapain pula kau
                 semalam, hah ? dagang siomay ?’hahaha”
Ranti   : “Eh, udah udah ah jangan suka ngomongin guru, nanti kualat loh”
Zahra  : “Ohiya, abis istirahat ada matematika lagi kan ya ? persiapan ulangan harian itu”
Ranti   : “Iyaa ra, aku juga baru inget loh, Eh itu makanannya udah dateng, mending langsung
                cepet-cepet di habisin aja”

Saat itu penjual dari kantin mengantarkan pesanan mereka. Mereka pun langsung menyantap makanan yang telah tersanding di meja tersebut. Dari kejauhan terlihat Dimas dan Adji sedang memperhatikan ketiga gadis tersebut.

Dimas : “Eh ji, tau cewe yang ditengah-tengah itu ga ?”
Adji    : “Oh si Miranti, tau lah dia kan yang Rangking 1 di kelas 7E”
Dimas : “Cantik ya ? comblangin gue dong bray”
Adji    : “Yaelah, cantikan Ara kemana-mana lah”
Dimas : “Cantik sih, tapi oon,hahaha”
Adji     : “Jangan gitu dong!!,nanti gak gue comblangin lu”
Dimas : “eh..eh.. Jangan dong!iya deh iya suka suka lu”
Adji    : “Yaudah nanti kita lewat depan kels 7E aja”
Dimas : “Sip lah ji”

Ranti,Aliyah,dan Zahra pun meninggalkan kantin dan menuju ke kelas mereka di buntuti oleh Dimas dan Adji.

Babak 2 : Kelas 7E

            Mereka pun tiba di kelas, kelas sangat riuh, yang sangat terdengar adalah keluhan anak-anak terhadap pak ucup yang setiap bulannya selalu mengadakan ulangan matematika tanpa remedial.

Felly  :  “huh, si ucup nih ulangan mulu kerjaannya”
Iren    : “Yaelah, sabar kali fel”
Ara     : “Emang kenapa deh ulangan mtk?’
Felly   : “Yeh, emang lu mah oon, jadi ga bakal mikirin nilai ulangan lu, ra”
Zahra  : “Matematika gampang kok, asal ngerti aja fel”
Felly   : “Ya lu pikir matematika gue bego ha ?”
Zahra  : “Eh, nggak kok fel, maksud aku mtk dibawa enjoy ajaa gituu”
Felly   : “Berisik deh lo, kayak pinter aja lo”
Aliyah : “Fel, jaga omongan mu ya”
Iren     : “Emang apa masalahnya buat lo ?”
Ranti   : “Udah, ngapain sih pada jadi berantem ?”
Felly   : “Sok pahlawan, mau sombong lo ? ha ?”
Ranti  : “Nggak Fel, bukan gitu, ya ga bagus aja kan didengernya kalo kita ga jaga omongan ?
              Aku bukannya mau sombong, aku Cuma mau berantem nya udahan”  

Pak Ucup pun datang memasuki ruang kelas 7E, seperti peredam suara, seketika kelas hening, pertengkaran pun mereda saat masuknya pak ucup seperti biasa dengan gaya kumisnya yang suka bergerak-gerak kemudian menyapa murid-muridnya dengan logat batak khas nya.

Pak Ucup : “Eh selamat siang anak-anakku yang ganteng-ganteng dan cantik-cantik pula, macam
                     mana ? tugas kau semua sudah di meja bapak ?”
Felly         : “Udah dong pak”
Pak Ucup : “Nah baguslah kalo udah macam begitu, sekarang baapak mulai saja pembahasan
                    Materinya, Hari ini kita akan mempelajari Persamaan linier satu variabel”

Pak ucup pun memulai materi, ia menuliskan contoh soal di papan tulis dan mulai menjelaskan cara pengerjaannya. Namun ada sesuatu yang janggal, rupanya dari tadi ada dua orang laki-laki yang memperhatikan Ranti. Rupanya pak ucup menyadari keberadaan mereka dan mempergokinya.

Pak Ucup : “Eh siapa pula kau ? iya kau yang dibalik tembok itu, ngapain pula kau berdiri di situ
                     ha ? kau intip-intip bapak pula ? iya ?”
Dimas      : “Eh.. emm.. i-i-iyaa pak maaf”
Pak Ucup : “ Eh kesini kau, anak kelas mana kau rupanya ini ha ?”
Dimas      : “em..eh.. t-t-tujuh G pak”
Pak Ucup : “Siapa guru kau sekarang ha ?”
Dimas      : “B-bu Sukijah pak”
Pak Ucup : “Kau pula, dari mana ha ?”
Adji          : “A-aduh pak mau pipis pak.. ga bawa celana pak”
Pak Ucup : “Eh, macam mana ini ? sana lah ke toilet, dan kembali ke sini, kalo kau tak kemari,
                    kau lihat nanti macam mana wali kelas kau marah”
Adji          : “ gajadi pak, ga jadi kebelet pipis”
Pak Ucup : “Eh ..eh.. ga jadi, baik, kau  berdua berdiri depan kelas ini, tangan kau dikuping itu
                     dua-duanya, kaki kau itu angkat satu, MENGERTI ?”

Mereka pun berdiri di depaan kelas sementara pak ucup melanjutkan pelajarannya sampai jam pulang sekolah berlangsung.
                                                                                                               



Babak 3 : koridor sekolah

Esok harinya, terlihat dua anak laki-laki yang tak lain adalah Dimas dan Adji, mereka membincangkan hal yang kemarin mereka perbuat, dan rencana Dimas hari ini.

Adji    : “Ah elo sih dim kemaren,gara-gara mau ngintipin miranti jadi apes gini”
Dimas : “Kok gue, rencana siapa ?lo kan ?”
Adji    : “Iyaa, yaudah kita yang salah”
Dimas : “Ya engga lah, tetep aja lo yang salaah, siapa suruh lo bohong segala sama si ucup?”
Adji    : “ssst, gila lo ya, teriak-teriak si ucup segala”
Dimas : “Ya, gue kelepasan”
Adji    : “Untung ga sampe suruh jilatin wc kayak si ucok kemaren”
Dimas : “Hahaha, untung ya ji”

Saat itu Ranti dan kedua temannya melewati koridor sekolah yang sama dan berpapasan dengan Dimas dan Adji. Rencana Dimas hari ini adalah menyatakan cinta kepada Ranti.

Adji    : “Dim Dim,Ranti, bunga lo udah siap belum”
Dimas : “Udah ji, lo yakin gue nembak sekarang aja ? gue kan baru kenal ji, baru bbm-an sehari
               loh sama dia”
Adji    : “Udah, kan kita udah latihan semalem”

Dimas dan Adji mengejar Ranti, sekitar 50 meter lagi Ranti dan kedua temannya tiba di kelas naamun mereka berhenti setelah Dimas memanggil.

Dimas : “Miranti.. bentar !”
Ranti  : “ Eh, Dimas kan ? Kamu yang semalem bbm kan ?”
Dimas : “ I-iyaa gue hehe”
Ranti  : “Eh, iya, semalem katanya mau ngomong, ngomong apa dim ?”
Dimas : (liat contekan sedikit) “Mir, sejak pertama gue ketemu lo, gue kayak liat bidadari yang
              di takdirin buat gue, gue suka lo, lo mau kan jadi pacar gue ?”

Semua murid menonton prosesi jadian ini, mereka berteriak “terima.. terima.. terima..” setelah 15 menit berfikir panjang akhirnya Ranti mengangguk tanda setuju. Semua anak berteriak “cie.. cie.. layaknya orang meledek orang yang berpacaran. Ranti dengan wajah merahnya dan kedua temannya langsung berlari masuk ke kelas,  
 
Babak 4 : Aula

Setelah sebulan berpacaran, hari itu setelah penyuluhan penyakit Hepatitis A dan B, Felly beserta kedua temannya menjegat Dimas dan Adji. Felly mengobrol dengan Dimas sementara Iren dan Ara berbincang dengan Adji.

Felly   : “Eh.. Dim, ngobrol bentar yuk”
Dimas : “Ngobrol apa ? Lo bukannya temen sekelas cewe gue ?”

Felly   : “Iyaa gue Felly, gue mau nanya mtk doang kok, lo sama ucup.. eh maksudnya pak ucup
                juga kan ?”
Dimas : “Oh, iya sama pak ucup”
Felly   : “Em,Dim, gue  mau Tanya sama lo, sebenernya kenapa sih lo bisa suka sama si Ranti ?”
Dimas : “Haha, dia beda aja, dia cantik, baik, pinter, cewek paling perfect lah yang pernah gue
               temuin”
Felly   : “Kenapa lo ga sama gue aja ? Gue udah lama banget suka sama lo dari pertama masuk,
               gue sering kok sms-in lo, tapi kenapa ga pernah lo bales ?”
Dimas : “Sms apa ? lo mungkin salah nomer kali, nomer gue ganti kok semenjak 2 bulan masuk
               Smp, eh lo mau nanya mtk yang mana ?”
Felly   : “Yaudah, lo kenapa ga coba aja deketin gue, lo gatau Ranti ya ? dia tuh genit, sombong
                banget lagi, di depan lo aja baik”
Dimas : “kenapa ? kan gue ga suka sama lo, dan lo baru kenal sama gue, kenapa gue harus
               percaya, sebenernya mau lo apa sih ?”
Felly   : “Lo bisa tanya kok temen-temen gue”
Dimas : “Lo bisa aja bayar temen-temen lo buat boong”
Iren     : “Gue ga pernah nerima bayaran apapun dari Felly, dan gue kasih tau, semua omongan
               felly menurut gue bener”
Ara     : “Ren.. bukannya..”
Iren    : “Ra, gue baru inget, ibu kantin nyariin lo tadi”
Ara    : “Seriusan ren ? Yaudah gue ke kantin dulu ya”
Adji   : “Ra gue ikut!”

Berpapasan dengan Ara, Ranti dan kedua temannya memasuki Aula, spontan Felly yang duduk di sebelah Dimas langsung bersandar di pundaknya guna membuat Ranti marah , alih-alih menghindar Dimas malah kaku tak bergerak dan memandang Ranti ketakutan seolah apa yang Dimas lakukan memang kesalahannnya, dan apa yang Felly Harapkan terjadi.

Ranti   : “Dim..”
Dimas : “Ran..Aku bisa jelasin” (berdiri menghampiri Ranti)
Ranti   : “k-kenapa ? Dim..Aku Cuma mau balikin pena kamu doang kok, tadi ketinggalan di
                note aku, kayaknya tadi aku di suruh bu Rosmita buat Fotocopy, aku duluan ya”
Dimas : “Ranti, Miranti, Aku bisa jelasin” (mencegat Ranti)
Ranti   : (mengelap air mata lalu berbalik) “Jelasin apa sih dim, aku ga ngerti, maaf aku
               buru-buru”
Felly    : “See ? dia ga ngehargai lo, udahlah dim, gausah di kejar, mending lo disini berduaan
                sama gue” (melirik Iren)
Iren      : “Yaudah, gue duluan Fel, dim”
Felly    : “Nah lo belom ngajarin gue mtk kan ? dim ? dim?

Dimas hanya terduduk lemas, hari ini rencana felly berjalan dengan cukup manis, Ia hanya tersenyum dan mengusap punggung Dimas tanda iba nya.




Babak 5 : di depan toilet

Alih-alih fotocopy Ranti malah berlari kedepan toilet perempuan yang kebetulan hari itu sepi. Ranti menangis dan ditenangi oleh kedua temannya.

Ranti   : “Dimas tega.. hiks hiks..”
Aliyah : “Ran, mungkin Felly yang godain Dimas kali, jangan negative thinking gitu”
Zahra   : “Al, emang beneran Dimas kali, Ranti-Dimas kan pacarannya juga dadakan gitu,
                ga pdkt sama sekali kan ?”
Ranti   : “Hiks.. pdkt kok di bbm, sehari.. a-aku kira Dimas beneran baik, hiks p-pas kita pacaran
                juga d-dia kayaknya emang beneran sayang”
Aliyah : “Mungkin dia bosen kali ran sama kamu”
Ranti   : “huaaaa… se-semalem kita masih becanda-becanda kok, ma-masa udah bosen aja”
Zahra   : “Sok tau nih Al, yaudah kamu tenang dulu aja, gausah di pikirin ran”
Aliyah : “Yaudah nanti biar aku Tanya dimas aja, aku minta penjelasan lagi sama dia”
Ranti   : “Udah al ga usah gapapa kok hiks.. hiks.. aku mau nangis dulu aja di sini”
Zahra  : “Yaudah kamu nangis aja dulu, kita teenin kok”
Aliyah : “Iya ran, kita kan sahabat, seneng susah tetep bareng, iya kan ?”
Ranti   : “i-iya, makasih ya temen-temen hiks.. hiks..”
Zahra  : “Mending kita ke kantin yuk, kita beli es krim, gimana ?
Aliyah : “Iya tuh es krim seru juga, ayo ran, kita obatin luk hati kamu”
Ranti   : “Iya ayo, hiks..”

Di setiap kesedihan selalu saja ada orang yang tertawa, tidak terkecuali Felly yng sedang tertawa bahagia. Tak lama setelah Ranti dan teman-temannya pergi Felly dan iren lansung tiba di depan toilet.

Felly : “Aduh aduh, kocak banget sumpah, mukanya Dimas gitu banget hahaha”
Iren   : “Hahaha, lo tadi ngapain aja ama si Dimas di Aula ?”
Felly : “Dia Cuma bengong, gue peluk aja eh diaa nangis hahaha”
Iren   : “Emang lo beneran suka Fel ?”
Felly : “Ya lo pikir gue kayak gitu gue ga suka ? gue ga se gampangan itu kali, eh lu udah kasih
              tau ara kita di sini ?”
Iren   : “Udah kok, katanya sekarang si Ara pacaran tuh sama temen nya dimas”
Felly : “Adji ?”
Iren   : “Iyaa itu”
Felly : “Laku juga tuh anak, gue kira bego ga ada yang mau ya ?”
Iren   : “Hahaha, sekarang lo tinggal panasin si Ranti lo jadi deh sama dimas”

Ara pun datang menghampiri mereka, dengan wajah berseri-seri dan hati berbunga-bunga.

Ara   : “Felly…”
Felly : “Lo jadian sama si Adji”
Ara   : “Iyaa dong, tadi gue ninggalin Adji di kantin, kasian banget deh si Dimas nangis”
Felly : “hahaha, bagus lah, kok dimas bisa di kantin ?”

Ara   : “Jadi kan tadi gue ke kantin, gue lupa mau ngapain yaudah gue ngobrol aja sama Adji, eh
            dia nembak gue, pas gue lagi asik-asik pacaran, Dimas dating sambil nangis gitu, terus lo
            tiba-tiba sms gue ren, gue di suruh dateng ke depan toilet cewe”
Felly : “Hahaha.. bagus lah, udah gue mau ke kelas, yuk girls, cabut”

Mereka bertiga pun cepat-cepat kembaali ke kelas.




Babak 6 : Kantin

Di sisi lain Ranti, Aliyah, Zahra, Dimas, dan Adji berada di kantin. Dimas menceritakan semua kejadiannya kepada Ranti dengan berurai air mata.

Dimas : “Ranti, aku bener bener minta maaf”
Adji     : “Dim, lo juga jangan percaya omongan Felly sama Iren, mereka tuh sekongkol”
Dimas : “Iya gue juga tau kambing, makanya tadi gue ngelak seua omongan felly”
Ranti   : “Maaf ya aku ga dengerin penjelasan kamu dulu tadi”
Dimas : “Iyaa gak apa-apa kok, tadi juga aku langsung lemes pas liaat kamu mau nangis gitu
                hehe”
Ranti   : “Maaf juga tadi aku bohong, sebenernya aku ga ke tempat fotocopy”
Dimas : “Iyaa, aku tau kok”
Aliyah : “Cie kalian udah baikan, kan aku bilang juga apa Ran ?”
Zahra  : “kayaknya kamu ga bilang apa-apa deh Al”
Aliyah : “Hehe, Ehiya, kan kalian udah baikan nih dan sekarang lagi dikantin juga, traktir es
                krim bisa kali”
Adji    : “Weh iya lu traktir nih”
Dimas : “Santai, gue bayarin semua”
Aliyah : “Asik Asik”
Zahra   : “Ga salah Ran, kamu sama Dimas”

Tiba-tiba pak ucup datang untuk istirahat makan siang lalu menghampiri mereka.

Pak Ucup : “Aih aih, alamak, ada yang traktir-traktir es krim rupanya ?”
Dimas      : “Iya nih pak, bapak ikutan aja, saya pesenin satu ya pak”
Pak Ucup : “Ah mantap kali kau Dimas, boleh lah boleh”
Ranti        : “Tumben pak makan siang di kantin”
Pak Ucup : “Alamak, isteri kesayangan bapak itu ngambek pula, tak mau dia bawakan bapak
                    bekal, ya jadi begini”
Adji          : “Alah cewek mah kalo ngambek tinggal kasih ini aja” (isyarat uang)
Pak Ucup : “Bah, pintar kali kau ini, kalo ngomong suka benar kali, hahaha”



Disaat semua tengah bercanda-canda Felly dan teman-temannya pun datang.

Felly       : “Oh, jadi kalian semua di sini ? ketawa ketawa di atas penderitaan gue gitu ?”
Ranti      : “Ketawa-ketawa gimana fel ?”
Felly       : “Diem lo Ranti, seneng kan lo balikan lagi sama Dimas ? gue cari-cari lo dikelas ga
                    ada, taunya lagi pesta di atas penderitaaan gue”
Zahra       : “Bukannya yang jahat itu selalu kalah ya ? haha”
Iren          : “Diem deh lo, jangan sok tau”
Adji         : “Bilang aja lo mau ikutan traktir es krim, Ara sini, makan es krim bareng”
Felly        : “Oh, lo gitu ra? Oke pertemanan kita putus”
Ara          : “Biarin aja, gue gamau temenan sama orang jahat kayak lo”
Felly        : “Bagus ran, semua punya gue lo ambil”
Pak Ucup : Ah,bagus kau tak dikutuk macam malin kundang ha? Jadi batu, eh makanya kau
                   Felly, Iren, jangan lah suka kau rusak itu kebahagiaan orang lain, nah jumpa kau
                   Batunya, minta maaf sekarang!”

Akhirnya Felly dan Iren meminta maaf dan mereka semua memakan eskrim bersama.

~TAMAT~


Ini drama percintaan yang di minta sama adek ku ini, jujur sebenernya aku kurang suka drama tentang percintaan, menurutku kurang menarik. Rencananya aku bakal bikin cerbung buat ngeramein blog ini hehe. terima kasih udah nyisihin waktu pembaca yang penting buat bacaa postingan ga penting ini /? hehe. See you next post. 


Wassalamualaikum