CINTA BERSAMA ALLAH
1
Semester satu baru ku lalui, rasanya aku ingin lulus besok saja.
Bandung di malam hari terasa lebih sejuk, sejenak aku mampir ke kafetaria yang
tak jauh dari tempat kost ku. Aku memesan secangkir cappucinno hangat untuk
mengobati
“Balik peuting deui, neng ?” Tanya wanita paruh baya yang bekerja
sebagai pelayan.
“Eh, iya bi.” Jawabku lirih.
“Sok atuh diminum heula.” Sahut Pelayan itu setelah menyajikan cappucinno
ku.
Aku hanya mengaduknya sesekali meminumnya. Aku melamun, netra ku
menggerling kearah jendela dan memandangi kehidupan malam. Rasa bosan turut
merasuki diriku, penatku tak kunjung hilang, sampai akhirnya lamunanku di
kejutkan oleh seorang laki-laki.
“Assalamualaikum, Afwan ukhti, Jilbab anti terkena air pipa yang
bocor diatas.” Tegur laki-laki itu.
“Waalaikumsalam, ehiya, syukron telah mengingatkan.” Jawabku
sambil menggeser dudukku.
“Afwan, jika nggak keberatan, anti bisa pindah ke sini. Kata
laki-laki itu santun.
“Wah, Syukron” Jawabku sambil melempar senyum.
Kami
berbincang di dalam keremangan kafetaria, ternyata beliau adalah kakak
tingkatku, beliau berkuliah di Universitas pendidikan Indonesia dengan jurusan
yang sama pula yaitu Pendidikan Matematika.
“Oalah, ternyata jurusan nya sama ya,
Afwan, tapi akhi udah semester berapa nih ?” Tanyaku.
“hehe,
ana semester 3, anti manggil abang aja gapapa.” Celetuk kakak tingkat itu.
“kita
udah bicara panjang nih, tapi belum tau nama abang.” Jawabku malu-malu.
“Nama
ana Hasan, adik sendiri namanya siapa?” Jawabnya santun.
“Nama
ana Aira, bang.” Jawabku malu.
Jam
terus berputar beriringan dengan obrolan kami, Bang Hasan orang yang cukup
cerdas, semua celotehnya membuatku termotivasi rasanya, namun lagi-lagi waktu
yang membatasi, hari begitu larut, gelasku pun sudah berkerak, pertannda aku
harus pulang. Aku pamit dan beranjak pulang.
Jalan menuju tempat kost ku kurang
lebih 500 meter dari kafetaria, kost-kostan milik Ummi Aminah memang kost
khusus wanita, jadi aku merasa aman apabila berada di sekitar tempat kost ku.
Di depan gang aku bertemu dengan Mba Fatma, sepertinya dia baru pulang juga.
“Assalamualaikum
Mba Fat, lesu aja nih abis ngerjain apa? Kenapa mba pulangnya sampai larut begini
?” Celotehku.
“Waalaikumsalam
adik manis, Masya Allah, baru pulang gini mba langsung di hujani pertanyaan
macam-macam, lah kamu sendiri kenapa baru pulang ?” Sahut Mba Fatma dengan nada
yang begitu sabar.
“Hehe,
maaf mba, ini loh, aku disuruh bikin seratus permasalahan matematika dan
pemecahannya, karena penat, aku mampir aja ke kafetaria, kalo mba ?” Celetuk
ku.
“Mba
habis ngerjain laporan observasi jadi pulang nya agak larut deh” Sahut mba
fatma dengan wajah lelahnya.
Kami
melanjutkan perjalanan, karena lelah, hening menelimuti perjalanan kami, hingga
kami tiba di tempat kost dan kami berpisah untuk menuju kamar masing-masing.
Aku mengganti baju serta
membersihkan badanku. Selepas membenahi kamar mungilku ini aku segera
merebahkan tubuhku. Nyamannya kasurku, membuat mataku semakin memberat dan
kemudian terjatuh dalam lelapnya malam.
Seperti alarm, diri ini terbangun
dalam semangat dalam semangat mencari Ridha Allah, ku basuh diri dengan air
wudhu, ku dirikan Shalat malam ku dan ku curahkan munajat-munajat rindu ku pada
Allah Swt. Keremangan kamarku menemani, lantunan kitab Sang Pemilik Diriku
menentramkan suasana kamar,walau bacaan tak seindah Qori’, Insya Allah, Allah
selalu menghargai usaha hambanya. Kulantunkan ayat-ayat-Nya hingga Adzan
memanggilku untuk mendirikan Sholat. Selanjutnya aku mandi dan bersiap untuk
menuntut ilmu kembali. Tidak sempat membuat sarapan membuatku menyiapkan
rotitawar dan selai setiap hari.
Aku menggunakan mini bus sebagai
akses menuju kampus, aku harus berangkat lebih pagi agar tidak perlu
berdesak-desakan.
“Ayo
neng, langsung neng, teu aya keneh” teriak kernet bus.
Aku
kemudian masuk dan duduk di tempat yang lumayan membuatku nyaman. Seseorang
duduk di sebelahku, aku menggeser duduk ku karena beliau adalah seorang
laki-laki.
“Dik
Aira bukan ?” Tanya laki-laki yang suaranya tak asing.
“Iya,
oalaah Bang Hasan, Afwan Bang, Aira ga liat hehe” Sahutku sambil cengengesan.
“Iya
gapaapa, ketemu lagi kita ternyata ya, ada mata kuliah juga, dik ?” Tanyanya.
Matanya
tak lepas menoleh wajahku, membuat jantung ku berdebar dengan perasaan bingung,
tatapan nya begitu sejuk di hati senyumannya sungguh manis. Ada apa dengan ku,
ini zina mata Astagfirullah.
“Astagfirullah,
Afwan bang” Kejut ku.
“Astagfirullah”
Gumam nya.
Selama
perjalanan kami hanya diam, untunglah jarak yang kami tempuh tidak terlalu
jauh, jadi kecanggungan itu tak terasa lama.
Hehe,. Maaf ya pembaca apabila ada typo-typo sengaja atau ga di sengaja dan maaf kalo bahasa sundanya kurang benar, maaf juga kalo penyusunan katanya kurang rapi Harap dimaklumi aja, kalo ada ralat lampirkan di komentar aja ya, Terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar