Minggu, 20 Maret 2016

CINTA BERSAMA ALLAH EPS 3

CINTA BERSAMA ALLAH
3

            Sepertinya jalan-jalan sore menyenangkan, maklum, cukup jarang aku melihat matahari sore, aku memang senang menyibukan diri di kampus, aku tertarik dengan buku-buku di perpustakaan, Hari ini aku ingin menikmati suasana sore, Aku berjalan menggunakan celana training ku dan  kaos merahku yang lumayan longgar. Bandung tampak indah saat sore. Setelah lelah aku berjalan aku duduk di bawah pohon rindang, menikmati lembayung senja dan semilir angin yang membelai-belai lembut tubuhku.
“Assalamualaikum..” Sapa seorang laki-laki, lagi-lagi aku mengenal suara beliau.
“Waalaikumsalam, hehe bang Hasan lagi” Sahutku.
“Jalan-jalan dik ?” Tanyanya.
“Iya bang, ketemu lagi kita ya hehe” Jawabku.
“hmm, jodoh kali dik” ledek beliau.
“Hehe,Abang bisa aja, jodoh kan udah di atur Allah bang” Celetukku.
“Manusia berharap gak apa-apa kali dik” Sahut beliau.
“Hehe, deketin aja Yang Mengatur Jodoh bang, Insya Allah calon Abang shalihah nanti” Jelasku.
“Aamiinn, mau beli minum ga dik ?” Tanya beliau.
“Boleh” Sahutku.
Pembicaraan kami tidak se seru pada saat awal kami bertemu, jantung ini selalu berdegup, detak jantung ini semakin menjadi-jadi saat mata kami bertemu. Apa aku menyukainya ? Tapi Halimah lebih menyukainya, aku tidak boleh berperasaan seperti itu. Cinta memanglah sebuah fitrah, namun bukan sebagai ajang pelampiasan nafsu, Adanya sebuah rasa dariku untuk beliau, hanyalah sebuah rasa kagum Insya Allah. Tak ada niatan dalam hati ku untuk merebut kebahagiaan Halimah.

Dalam perjalanam membeli minum, lagi lagi kami terbenam dalam diam, kalau kata anak zaman sekarang ini adalah Awkward Moment , tiba-tiba beliau melemparkan senyum manisnya itu.
“Dik, beli di warungan ga apa kan ?” Tanya nya mengejutkan.
“Em. Eh.. iya bang ga apa kok, memang mau beli dimana kalau bukan di waungan ?” Tanyaku sambil nyengir.
Aku kemudian mengambil 1 botol air mineral, kemudian merogoh saku ku, terkejutnya aku mendengar bisikan lembut di telingaku.
“Abang aja yang bayar dik” Bisiknya.
Detak jantungku semakin menjadi-jadi, Aku mengeluarkan tanganku dari saku celanaku, lidahku masih terdiam, ucapan terima kasih yang ada di ujung kerongkongan ku masih tercekat dan terdiam disana.
“Yuk, dik, lihat sunset, lihat disana bagus loh, habis itu abang antar pulang ya” Celetuk bang Hasan.
“Makasih Air mineralnya bang, ga apa, Aira pulang sendiri aja hehe” Sahutku sambil melempar senyumku.

            Kami tiba di tempat sunset, Subhanallah, Allahuakbar, Maha besar Allah Yang Telah menciptakan alam semesta yang sangat indah. Aku mendokumentasikan dalam memoriku, Lembayung senja, di hiasi burung-burug gereja yang terbang karena mengagumi karya Sang Khaliq. Tiada pelukis sebaik Allah azza wa jala.
“Sejuk bukan dimata ?” Tanya Bang Hasan.
“Subhanallah, Allah Maha Besar ya bang?” Sahutku.
“Iya, Allah Maha Besar, mempertemukan kita juga di Bandung” Celetuk Bang Hasan.
“Kalau sudah takdir bertemu ya bertemu Bang hehe” Sahutku malu-malu.
“Masya Allah, Abang malah ngelantur, kita pulang aja yuk, sudah sore, abang antar ya ?” Ajaknya.
“Ga apa bang, Aira sendiri aja, Cuma 500 meter kok dari sini, Aira duluan ya, Assalamualaikum” Pamitku.
Aku berjalan diikuti siluet dari cahaya senja sore ini, ingin rasanya aku menoleh kebelakang, tapi sudahlah.

            Dag dig dug masih terasa di dada ku, bergejolak bagai dentuman dentuman atom. Aku masih berdiri di depan pintu kamarku.Tiba-tiba seseorang mengejutkanku.
“Hayooo, ngapain kamu Ra senyam senyum sendiri?” Kejut Mba Fatma.
“Oalah Mba, bikin kaget aja hehe” Sahutku malu.
“Kenapa sih Ra, cerita dong sama Mba, ada yang gebet gebet ya ?” Ledek Mba Fatma.
“Ngga kok Mba, lagian Aira belum mau pacaran kok hehe” Sahutku malu-malu, tampaknya wajah ini sudah semerah kepiting rebus.
“Alhamdulillah kalo Aira faham, Mba masuk dulu ya adik manis” Celetuk Mba Fatma.
Aku masuk ke kamarku, aku merebahkan badanku, semua kejadian tadi masih terngiang di kepala ku. Ya Allah lindungi aku dari zinah hati dan fikiran.

            Hp ku berdering, tampaknya dari Ummi, aku kemudian mengangkat, terdengar salam yang sangat lesu dari Ummi ditambah dengan isakan-isakan pendek.
“Waalaikumsalam mi” Sahutku kebingungan.
“Nak, maafkan Ummi ya ?” Tanya Beliau semakin membuatku bingung sekaligus panik.
“Ada apa sih mi ?” Desak ku, suaraku kini terdengar lirih.
“Abi di phk nak, biaya kuliahmu hanya untuk 1 semester kedepan, Ummi bingung apa kuliahmu akan terus lanjut apa harus berhenti” Jelas Ummi.
“Mi, La Tahzan, Innallaha ma’ana , ummi yang tabah ya, Insya Allah ada jalan untuk melanjutkan kuliah Aira” Sahutku, Alhamdulillah Allah masih melapangkan hatiku, aku mendengar curahan hati Ummi, begitu dalam dan menyentuh.
“Nak, kamu hati-hati ya disana, Kalau kamu bekerja Ummi ridha nak, tapi yang halal ya Shalihah, doakan Abi semoga dapat pengganti pekerjaannya, Maafkan Ummi ya nak” Jelas Ummi sambil terisak.
“Ummi, gak apa apa kok, Aira doain Ummi dan Abi terus dong Insya Allah, liburan semester depan Aira kesana ya Mi, nanti kalo Aira dapat kerjaan Aira Insya Allah cerita sama Ummi” Sahutku sambil menenangkan Ummi.
“Iya nak, Ummi tutup ya Shalihah, Assalaualaikum” Jawab Ummi mengakhiri  teleponnya.
Hari itu senyum ku berubah menjadi jalinan duka. Ini adalah ujian dari-Nya bagian dari kasih sayang dari_Nya Insya Allah pekerjaan Abi akan di ganti dengan yang lebih baik.

            Adzan maghrib kembali memanggilku, aku membasuhkan wudhu ku dan melaksanakan shalat maghribku. Aku shalat maghrib, membaca Al-Qur’an lalu melanjutkan shalat isya. Berdoa dan berdzikir, bibir ini begitu hangat saat menyucapkan kalimat-kalimat Allah. Aku melepas mukena ku, membereskan buku perpus yang harus aku kembalikan besok dan merebahkan tubuhku di kasur. Tiba-tiba Hp ku berdering karena ada sebuah pesan singkat masuk.
Assalamualaikum” Isi pesan dari nomor yang sama dan pesan yang sama seperti pesan yang aku dapati tadi sore.
Waalaiikumsalam” Jawabku pada pesan itu.
Afwan, anti Aira bukan ?” Balas pesan itu, jantungku berdegup, ini bukan seseorang yang salah nomor.
Na’am, Afwan, antum/anti siapa ?” Balasku singkat, rasa penasaran menghantuiku, Ya Allah semoga engkau melindungiku dari orang-orang yang ingin mengancamkan bahaya padaku.
Afwan ukhti, ana Hasan, hehe, tadi sore Ana kira bukan nomor Aira, jadi Ana tunda dulu deh” Balas pesan itu.
Aku terkejut bukan main,entah bagaimana aku membalasnya, aku letakan saja hp ku dan beranjak tidur.

alhamdulillah, episode 3 upload juga, maaf ya sekali lagi kalo ada kesalahan-kesalahan kata, semoga pembaca masih memiliki minat untuk membaca cerbung saya ^-^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar