CINTA BERSAMA ALLAH
3
Sepertinya jalan-jalan sore
menyenangkan, maklum, cukup jarang aku melihat matahari sore, aku memang senang
menyibukan diri di kampus, aku tertarik dengan buku-buku di perpustakaan, Hari
ini aku ingin menikmati suasana sore, Aku berjalan menggunakan celana training
ku dan kaos merahku yang lumayan
longgar. Bandung tampak indah saat sore. Setelah lelah aku berjalan aku duduk
di bawah pohon rindang, menikmati lembayung senja dan semilir angin yang membelai-belai
lembut tubuhku.
“Assalamualaikum..”
Sapa seorang laki-laki, lagi-lagi aku mengenal suara beliau.
“Waalaikumsalam,
hehe bang Hasan lagi” Sahutku.
“Jalan-jalan
dik ?” Tanyanya.
“Iya
bang, ketemu lagi kita ya hehe” Jawabku.
“hmm,
jodoh kali dik” ledek beliau.
“Hehe,Abang
bisa aja, jodoh kan udah di atur Allah bang” Celetukku.
“Manusia
berharap gak apa-apa kali dik” Sahut beliau.
“Hehe,
deketin aja Yang Mengatur Jodoh bang, Insya Allah calon Abang shalihah nanti”
Jelasku.
“Aamiinn,
mau beli minum ga dik ?” Tanya beliau.
“Boleh”
Sahutku.
Pembicaraan
kami tidak se seru pada saat awal kami bertemu, jantung ini selalu berdegup,
detak jantung ini semakin menjadi-jadi saat mata kami bertemu. Apa aku
menyukainya ? Tapi Halimah lebih menyukainya, aku tidak boleh berperasaan
seperti itu. Cinta memanglah sebuah fitrah, namun bukan sebagai ajang
pelampiasan nafsu, Adanya sebuah rasa dariku untuk beliau, hanyalah sebuah rasa
kagum Insya Allah. Tak ada niatan dalam hati ku untuk merebut kebahagiaan
Halimah.
Dalam perjalanam membeli minum, lagi
lagi kami terbenam dalam diam, kalau kata anak zaman sekarang ini adalah Awkward Moment , tiba-tiba beliau
melemparkan senyum manisnya itu.
“Dik,
beli di warungan ga apa kan ?” Tanya nya mengejutkan.
“Em.
Eh.. iya bang ga apa kok, memang mau beli dimana kalau bukan di waungan ?”
Tanyaku sambil nyengir.
Aku
kemudian mengambil 1 botol air mineral, kemudian merogoh saku ku, terkejutnya
aku mendengar bisikan lembut di telingaku.
“Abang
aja yang bayar dik” Bisiknya.
Detak
jantungku semakin menjadi-jadi, Aku mengeluarkan tanganku dari saku celanaku,
lidahku masih terdiam, ucapan terima kasih yang ada di ujung kerongkongan ku
masih tercekat dan terdiam disana.
“Yuk,
dik, lihat sunset, lihat disana bagus loh, habis itu abang antar pulang ya”
Celetuk bang Hasan.
“Makasih
Air mineralnya bang, ga apa, Aira pulang sendiri aja hehe” Sahutku sambil
melempar senyumku.
Kami tiba di tempat sunset,
Subhanallah, Allahuakbar, Maha besar Allah Yang Telah menciptakan alam semesta
yang sangat indah. Aku mendokumentasikan dalam memoriku, Lembayung senja, di
hiasi burung-burug gereja yang terbang karena mengagumi karya Sang Khaliq.
Tiada pelukis sebaik Allah azza wa jala.
“Sejuk
bukan dimata ?” Tanya Bang Hasan.
“Subhanallah,
Allah Maha Besar ya bang?” Sahutku.
“Iya,
Allah Maha Besar, mempertemukan kita juga di Bandung” Celetuk Bang Hasan.
“Kalau
sudah takdir bertemu ya bertemu Bang hehe” Sahutku malu-malu.
“Masya
Allah, Abang malah ngelantur, kita pulang aja yuk, sudah sore, abang antar ya
?” Ajaknya.
“Ga
apa bang, Aira sendiri aja, Cuma 500 meter kok dari sini, Aira duluan ya,
Assalamualaikum” Pamitku.
Aku
berjalan diikuti siluet dari cahaya senja sore ini, ingin rasanya aku menoleh
kebelakang, tapi sudahlah.
Dag dig dug masih terasa di dada ku,
bergejolak bagai dentuman dentuman atom. Aku masih berdiri di depan pintu
kamarku.Tiba-tiba seseorang mengejutkanku.
“Hayooo,
ngapain kamu Ra senyam senyum sendiri?” Kejut Mba Fatma.
“Oalah
Mba, bikin kaget aja hehe” Sahutku malu.
“Kenapa
sih Ra, cerita dong sama Mba, ada yang gebet gebet ya ?” Ledek Mba Fatma.
“Ngga
kok Mba, lagian Aira belum mau pacaran kok hehe” Sahutku malu-malu, tampaknya
wajah ini sudah semerah kepiting rebus.
“Alhamdulillah
kalo Aira faham, Mba masuk dulu ya adik manis” Celetuk Mba Fatma.
Aku
masuk ke kamarku, aku merebahkan badanku, semua kejadian tadi masih terngiang
di kepala ku. Ya Allah lindungi aku dari zinah hati dan fikiran.
Hp ku berdering, tampaknya dari
Ummi, aku kemudian mengangkat, terdengar salam yang sangat lesu dari Ummi
ditambah dengan isakan-isakan pendek.
“Waalaikumsalam
mi” Sahutku kebingungan.
“Nak,
maafkan Ummi ya ?” Tanya Beliau semakin membuatku bingung sekaligus panik.
“Ada
apa sih mi ?” Desak ku, suaraku kini terdengar lirih.
“Abi
di phk nak, biaya kuliahmu hanya untuk 1 semester kedepan, Ummi bingung apa
kuliahmu akan terus lanjut apa harus berhenti” Jelas Ummi.
“Mi,
La Tahzan, Innallaha ma’ana , ummi yang tabah ya, Insya Allah ada jalan untuk
melanjutkan kuliah Aira” Sahutku, Alhamdulillah Allah masih melapangkan hatiku,
aku mendengar curahan hati Ummi, begitu dalam dan menyentuh.
“Nak,
kamu hati-hati ya disana, Kalau kamu bekerja Ummi ridha nak, tapi yang halal ya
Shalihah, doakan Abi semoga dapat pengganti pekerjaannya, Maafkan Ummi ya nak”
Jelas Ummi sambil terisak.
“Ummi,
gak apa apa kok, Aira doain Ummi dan Abi terus dong Insya Allah, liburan
semester depan Aira kesana ya Mi, nanti kalo Aira dapat kerjaan Aira Insya
Allah cerita sama Ummi” Sahutku sambil menenangkan Ummi.
“Iya
nak, Ummi tutup ya Shalihah, Assalaualaikum” Jawab Ummi mengakhiri teleponnya.
Hari
itu senyum ku berubah menjadi jalinan duka. Ini adalah ujian dari-Nya bagian
dari kasih sayang dari_Nya Insya Allah pekerjaan Abi akan di ganti dengan yang
lebih baik.
Adzan maghrib kembali memanggilku,
aku membasuhkan wudhu ku dan melaksanakan shalat maghribku. Aku shalat maghrib,
membaca Al-Qur’an lalu melanjutkan shalat isya. Berdoa dan berdzikir, bibir ini
begitu hangat saat menyucapkan kalimat-kalimat Allah. Aku melepas mukena ku,
membereskan buku perpus yang harus aku kembalikan besok dan merebahkan tubuhku
di kasur. Tiba-tiba Hp ku berdering karena ada sebuah pesan singkat masuk.
“Assalamualaikum” Isi pesan dari nomor
yang sama dan pesan yang sama seperti pesan yang aku dapati tadi sore.
“Waalaiikumsalam” Jawabku pada pesan itu.
“Afwan, anti Aira bukan ?” Balas pesan
itu, jantungku berdegup, ini bukan seseorang yang salah nomor.
“Na’am, Afwan, antum/anti siapa ?” Balasku
singkat, rasa penasaran menghantuiku, Ya Allah semoga engkau melindungiku dari
orang-orang yang ingin mengancamkan bahaya padaku.
“Afwan ukhti, ana Hasan, hehe, tadi sore Ana
kira bukan nomor Aira, jadi Ana tunda dulu deh” Balas pesan itu.
Aku terkejut bukan
main,entah bagaimana aku membalasnya, aku letakan saja hp ku dan beranjak tidur.
alhamdulillah, episode 3 upload juga, maaf ya sekali lagi kalo ada kesalahan-kesalahan kata, semoga pembaca masih memiliki minat untuk membaca cerbung saya ^-^